Kamis, 24 Maret 2011

Rubah dan Pemotong Kayu

Serombongan anjing memburu seekor rubah di atas sebuah bukit. Sang rubah berlari ke arah pondok pemotong kayu.
“Tolong! Tolong!” sang rubah berseru-seru. “Tuan Pemotong kayu, ijinkanlah saya bersembunyi dalam pondokmu. Saya kuatir anjing-anjing itu akan menangkap dan memakan saya”. Dia membungkuk di depan sang pemotong kayu.

“Baiklah,” kata pemotong kayu. “Kamu bisa bersembunyi di ruangan kecil di belakang pondokku. Cepatlah!” Pemotong kayu membuka pintu ruangan itu dan sang rubah bersembunyi di dalamnya.
Tidak berapa lama kemudian, seorang pemburu tiba dengan membawa senapan. Dia diikuti serombongan anjing.
“Ah, Tuan Pemotong kayu,” kata sang pemburu, “kami sedang mencari seekor rubah. Kami memburunya ke atas bukit ini tetapi kini dia menghilang. Apakah tuan melihatnya?”
“Tidak,” jawab pemotong kayu. Tetapi pada saat yang bersamaan, dia menunjuk ke ruangan kecil di belakang pondoknya. Sang pemburu tidak mengerti maksud pemotong kayu.
“Terima kasih, Tuan Pemotong kayu,” kata sang pemburu. “Kami harus mencarinya di tempat lain.”
Segera setelah pemburu dan rombongan anjingnya pergi, sang rubah keluar dari ruangan itu. Dia berlajan melewati pintu depan tanpa mengatakan sepatah katapun.
“Mau kemana kamu?” pemotong kayu memanggil. “Bagus ya kelakuanmu! Aku sudah menyelamatkan nyawamu dan kamu bahkan tidak berterima kasih kepadaku.”
“Kata-katamu kedengarannya sangat indah,” kata sang rubah, “tetapi hatimu penuh kejahatan. Kamu berkata bahwa kamu ingin menolongku, tetapi sebenarnya kamu ingin mencelakakan aku. Bagaimana mungkin aku berterima kasih kepadamu?” (david solafide)

Nilai moral: Orang lain dapat merasakan apakah kita nmemberikan pertolongan dengan tulus atau dengan maksud tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar